Kabar NTT - Berbagai moment bahagia tentu dirayakan dengan berupa cara yang unik. Begitu juga halnya yang terjadi dengan salah satu wisudawan asal Papua di Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Fakultas Hukum, program studi Hukum saat menggelar wisudah di GOR Flobamora (Oepoi) Kupang Sabtu, 25 Maret 2023.
Yang menjadi menarik dan dinilai unik dari momen tersebut, ketika sang wisudawan Dotin Yikwa SH, dijemput beberapa sanak saudara menggunakan atribut adat asal Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan.
Momen tersebutpun kemudian dipotret salah satu fotografer yang juga mempostingnya di media sosial Facebook dengan menuliskan rasa harunya.
"Suatu kebanggaan buat saya hari ini dipercayakan untuk ambil gambar teman-teman dari Papua yang punya semangat dan penuh kebanggan menjemput salah satu wisudawan asal Papua dengan berbusana adat Papua, sukses buat anak muda Papua yg hari ini menyandang gelar sarjana hukum," ungkapnya melalui akun Facebook Ghy Sergius Padama.
Hal yang sama juga dilakukan salah satu akun TikTok bernama Frengky Kamengko yang memperlihatkan video saat rombongan pengguna atribut adat Papua berjalan pulang usai penjemputan sang wisudawan.
Sementara, Amin Wenda yang merupakan salah satu pengguna atribut adat berupa koteka, saat dikonfirmasi awak media KabarNTT.com pada Minggu, 26 Maret 2023 membenarkan kejadian tersebut.
Baca Juga: Wah, Ternyata Ini Perbedaan Pinjaman KUR BRI 2023 VS Kupedes, Manakah Yang Jadi Pilihanmu?
Wenda menjelaskan bahwa penjemputan menggunakan atribut adat ini selain sebagai bentuk kebahagiaan dan syukur, juga merupakan penghormatan terhadap yang berbahagia.
"Kita anak Papua memang banyak di Kupang, tapi tidak semua orang cepat selesaikan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai anak kuliah makanya sebagai adik kaka kami berbahagia dan beri rasa hormat melalui penjemputan memakai pakaian adat kami asal Tolikara," ungkap Wenda menjelaskan yang terjadi.
Adapun cara pembuatan dan sejarah penggunaan koteka yang diceritakan Wenda bahwa secara umum koteka dibuat menggunakan bahan kulit labu air yang kemudian dijemur atau dikeringkan. Pengeringan itu dilakuakan agar kulit labu air bisa lebih awet dan tahan lama saat dirancang. Sementara, ada beberapa daerah juga yang menggunakan desain bulu ayam atau bulu burung pada bagian bawahnya.
Selanjutnya, disampaikan pula bahwa penggunaan koteka sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam yang menandakan identitas dan juga status sosial masyarakat Papua.
Dahulu, koteka ini banyak digunakan di tempat umum. Namun pada tahun 1964 hal itu dibatasi. Meski begitu, penggunaan koteka hingga saat ini masih berlangsung setiap adanya acara adat maupun kegiatan budaya lainnya.*(Nino)
Artikel Terkait
Pelamar PPPK Guru Kabupaten Malaka Jangan Kecewa, BKPSDM Sampaikan Hal Baik Ini!
Besok Gelar Musrenbang RKPD Kabupaten Malaka Tahun 2024
Wah, Ternyata Ini Perbedaan Pinjaman KUR BRI 2023 VS Kupedes, Manakah Yang Jadi Pilihanmu?
Gawat! Debitur Kategori Ini Bisa Dikenakan Suku Bunga Hingga Persen Pada KUR BRI 2023
Meminimalisir Dampak Krisis Iklim, Komunitas Bajaga Bumi Dan Donasi Sampahmu Melakukan Rutinitas Baksos